r e v o [SO] l u t i o n

Revo to Gaze__Gaze to Revo

Selasa, 14 April 2009

Air Bersih, Alasan Tersendatnya Investasi Industri Perikanan di Kota Tual

Pengembangan Industri Perikanan Tual Menunggu Dukungan Air Bersih


Indonesia yang hampir 75% luas wilayahnya berupa laut, adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan jumlah 17.502 pulau, luas total laut 5,8 juta Km2, mempunyai garis pantai 81.000 km atau kedua terpanjang setelah Kanada.

Potensi lestari ikan laut yang bisa ditangkap sebesar 6,4 juta ton/th, namun produksi tangkapan ikan laut tahun 2001 hanya 4,1 mencapai juta ton (63%). Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha penangkapan ikan laut tersebut, maka Pemerintah akan mengembangkan Industri Perikanan di Tual. Kenapa Tual, karena laut teritorial Maluku Tenggara adalah lumbungnya ikan laut, khususnya Tuna Sirip Biru yang sangat potensial sebagai komoditas eksport terutama ke Jepang.

Dari kacamata sejarah P. Aru lebih dikenal dibanding dengan P. Kei Dullah, padahal Kota Tual sebagai ibukota kabupaten terletak di P. Kei Dullah. Usia Kabupaten Maluku Tenggara masih muda, karena sejak tahun 2000 dimekarkan menjadi 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Maluku Tenggara dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Kabupaten Maluku Tenggara membawahi 3 kecamatan masing-masing Kecamatan Kei Keci, Kecamatan Kei Besar dan Kecamatan P Aru. Karena luas lautnya yang hampir 7,6 kali luas daratan, maka sudah sejak lama Maluku Tenggara dikenal sebagai lumbung ikan Indonesia Timur, sekaligus sebagai home base kapal-kapal nelayan lokal dan asing hampir 20-30 kapal nelayan merapat tiap hari di Tual. Hasil perikanan merupakan tumpuan eksport Maluku Tenggara dimana pada tahun 2000 menyumbang 91.208 ton ikan atau devisa sebesar USD 50.488.990,62. Berkembangnya Kota Tual sebagai Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara yang cukup pesat, jumlah penduduk saat ini mencapai ± 43.858 jiwa dengan potensi industri Perikanan yang cukup besar, didukung dengan fasilitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pelabuhan domestik, hotel-hotel serta sarana lainnya, maka penyediaan air bersih untuk Kota Tual sebesar 50 liter/detik, sudah tidak mencukupi lagi.

Salah satu prasarana dan sarana perkotaan yang dibutuhkan untuk mendukung industri perikanan di Tual adalah Prasarana dan Sarana Air Bersih. Pembangunan Sarana Air Bersih Kota Tual Kabupaten Maluku Tenggara dimulai pada tahun anggaran 1974/1975 (dengan jumlah penduduk saat itu ± 10.135 jiwa) melalui dana APBN yang dialokasikan melalui Dep. Pekerjaan Umum dengan Kapasitas Produksi sebesar 20 liter/detik (Tahap-I). Pembangunan Tahap II dilaksanakan pada tahun (1994/1995 – 1997/1988) untuk menambah kapasitas produksi dari 20 l/dt menjadi 50 lt/dt.

Sumber air baku Kota Tual berasal dari Mata Air EVU dengan kapasitas debit 1.400 l/dt dan saat ini baru dimanfaatkan untuk Air Bersih sebesar 50 lt/dt, kemudian disalurkan ke Kota Tual yang dikelola oleh PDAM Tual dengan jumlah pelanggan aktif sebanyak 2.140 unit,

meskipun tingkat kebocorannya cukup tinggi mencapai 50% dan hanya mampu melayani ± 28% penduduk. Tarif air rata-rata Rp. 1.200,-/m3 serta tarif komersial Rp. 2.150,-/m3.

Masyarakat yang tidak dapat terlayani oleh PDAM memenuhi kebutuhannya dari PAH (Penampungan Air Hujan) dan membeli air dari swasta yang disuplai melalui Mobil Tangki (Rp. 60.000,-/Mobil Tangki, 4 m3), di mana sumber air berasal dari sumur-sumur dangkal yang kualitasnya kurang memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi sebagai air bersih.

Pada tahun 2004 kebutuhan akan air bersih untuk domestik dan non domestik diperkirakan sebesar 80 l/dt. Sedangkan kebutuhan pelayanan Air bersih untuk pelabuhan ikan dan Kawasan Industri Perikanan Ngadi dibutuhkan kapasitas sebanyak 50 l/dt, sehingga total kebutuhan air bersih sampai dengan 2004 sebesar 130 l/dt.

Alternatif pengambilan air baku : 1). Penambahan kapasitas dari Sumber air EVU (Kapasitas sumber 1.400 lt/dt) saat ini telah dimanfaatkan 50 l/dt. Jarak sumber ± 19 Km. Dari Tual atau 27 Km dari Kawasan Industri Perikanan Ngadi. 2). Pengambilan air baku dari Danau Ngadi, jarak sumber ± 2 Km dari Kawasan Industri Perikanan Ngadi.

Untuk meningkatkan pelayanan air bersih bagi penduduk dan untuk mendukung pengembangan Kawasan Industri Perikanan di Kota Tual, perlu direncanakan pembagian wilayah pelayanan menjadi 2 (dua) bagian yaitu: (i) Wilayah I (Tual Selatan ) : Air baku diambil dari EVU terletak di P. Kei Kecil melayani Evu, Letvuan, Dian Darat, Dian Pulau, Debut, Rumadian, Tetoat, Namar, Selayar, Ngilngof, Sathean, Faan, Wearlilir, Kolser, Langgur, Ohoibun, Ohoijang, Fair, Watdek, Tual Bagian Selatan (80 l/dt); (ii) Wilayah II (Tual Utara) : Sumber air direncanakan diambil dari Danau Ngadi terletak di P. Kei Dullah melayani Kota Tual Bagian Utara, TPI, Mangon, Fiditan, Perusahaan Industri Perikanan Ngadi, Desa Ngadi , Dullah Darat, Labetawi, Temedan, Pesantren, Ohoitahit, Ohoitel, Watran dan 5 (lima) unit pelabuhan kapal yang ada di kota Tual (50 l/dt).

Upaya peningkatan pelayanan air bersih di Kota Tual dapat dicapai dengan optimalisasi sistem yang ada (Sumber EVU) melalui pekerjaan : penyusunan DED, rehabilitasi Intake, penggantian sebagian pipa Transmisi yang dibangun tahun 1974/1975, pemasangan pipa distribusi dan penambahan daya listrik.

Untuk pelayanan Kawasan Industri Perikanan Ngadi di Kota Tual dan wilayah kota bagian utara, perlu dibangun sistem baru dengan memanfaatan Air Baku dari Danau Ngadi (50 l/dt) melalui pekerjaan : Survey dan Perencanaan, pembuatan Intake, penggantian pipa Transmisi sepanjang 2 Km, pemasangan pipa Distribusi sepanjang 25 Km, pembangunan Reservoir, Pompa Air Baku dan Pompa Distribusi serta untuk penyambungan daya listrik.

dikutip dari
http://ciptakarya.pu.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=83&Itemid=66

Tidak ada komentar: